Kepada Yth, Babbe Bachri: Puasa itu bukan “Ora Kenthu” tetapi “Ora Pingin Kenthu”
oleh Kanjeng Machrus pada 9 Agustus 2012 pukul 15:57
Allah itu Maha Cerdas, dimana dia telah menciptakan nafsu kepada kita, dan karena ada anugerah nafsu itulah kadang kita pingin susu. Pingin susu itu maksudnya bisa saja: minum susu, ngremet susu, ngrempon susu, ngrogoh, nguntir-untir, ngremes, nylentik penthil, mbethot, ngoset-oset dan lain sebagainya. Itu hanya satu sample saja dari susu, dan susu itu jika terlihat sedikit menyembul, malah bikin penasaran, namun ketika dibuka “mak byak”, justru malah kurang sedap. Seperti itulah formula susu, “dia” begitu berbeda dengan susu formula.
Allah juga Maha Canggih, dimana Dia telah menciptakan bulan Ramadlan, yang mana dengan bulan Ramadlan ini Dia menyebarkan ampunan dan ridhonya ke segala penjuru, Dia tak henti-hentinya mengangkat derajat manusia dan bahkan para setan pun kena razia oleh-Nya atau dalam bahasa Soeharto : di amanken ! Jadi dalam bulan ramadlan ini para setan sedang di amanken!!
Lha kemudian apa hubungannya antara ngremet susu dengan bulan Ramadlan, mas Bro? Apa relevansinya antara mengangkat derajat manusia dengan nguntir-untir penthil ? Seandainya pada saat aku menulis hal ini ada Babbe Bachri disampingku, pasti dia akan bertanya lebih dulu: “mas Bro, lha trus kiro-kiro opo hubungane antara ndlesepne manuk neng susu, dengan kemuliaan Romadlon?” juh juh juuuuhhhh…dari dulu teman-temanku selalu memberiku pertanyaan yang kalo ibarat rumah ber type RSSSSS, maksudnya : Rada Sulit, Saru dan Selalu Seputar Selakangan.
Dalam bulan Ramadlan, kita wajib puasa. Tetapi selain Ramadlan-pun kita juga dianjurkan puasa, meskipun hukumnya sunnah. Maksudnya kita harus berusaha menjadi “manusia puasa”, baik ramadlan maupun tidak. Contoh gobloknya begini:
- Baik ramadlan atau tidak, bawuk itu kan selalu ada, makannya saat ramadlan kita diwajibkan puasa supaya tidak gampang ngacengan. Dan kalau habis Ramadlon, kita masih dapat anjuran untuk berpuasa, meskipun hukumnya sunnah. Begitu pula kapanpun kalau kita masih ngacengan, berarti ya kudu puasa lagi.. Ngacengan kan tidak pandang bulu dan bulan, jadi kalo dasarnya ngacengan, baik ramadlan atau tidak ya tetep ngacengan, dan itu artinya harus dikendalikan dengan puasa. Sebab ngacengan itu kalau tidak terkendali yang terjadi kamu nanti bisa saja nguntal mbokmu dewe! Atau orang lain “nyiak” mbokmu, amargo orang itu ora tau poso tur bacut kedhereng. Disini puasa itu nanti akan punya arti : ora mung ora nguntal bawuk, tetapi ora pingin nguntal bawuk..!!
- Tidak makan itu mudah. Tetapi tidak ingin makan, itu yang sulit !! jika puasa kita itu hanyalah tidak makan dan tidak minum, itu gampang. Anak kecil pun pasti sukses. Dan hal itu bukanlah sebuah prestasi. Puasa itu berperang melawan keinginan makan dan keinginan minum dan keinginan-keinginan yang lain. Makan minum dan kenthu itu hanyalah sample saja.
Jadi puasa itu bukan berperang melawan makanan, minuman ataupun bawuk. Tetapi berperang melawan keinginan makan, keinginan minum, keinginan-keinginan terhadap bawuk, dan keinginan-keinginan yang lain.
Selama kita masih ingin makan ini dan itu, berarti kita masih wajib berpuasa. Selama kita masih ingin minum susu ini dan “susu” itu, berarti kita masih wajib berpuasa. Selama kita masih ingin “anu”, dan menganu anunya si anu, kemudian ganti menganu anu-nya si anu dengan anu, berarti kita masih wajib berpuasa. Selama kita masih ingin ini dan ingin itu, beli ini dan itu, mobil ini dan itu, rumah ini dan itu, lonthe ini dan itu, susunya ini dan itu, bawuknya ini dan itu, berarti kita masih wajib berpuasa.
Selama kita masih mencintai dunia, berarti kita masih wajib berpuasa. Kaya dan cinta dunia, rodok pas !! dan itu berarti masih wajib berpuasa, yang kasihan betul adalah sudah melarat tapi sangat cinta dunia.., pasti remuk bubuk, dan inilah kasih tak sampai. Maka berpuasalah.
Puasa itu sangat halus dan berat. Maka janganlah merasa sudah berpuasa. Jangan merasa cukup puas dengan puasa yang sudah kita jalani. Tidak sedikit yang dapatnya cuma lapar dan dahaga. Jika kita menganggap puasa itu beban, atau penderitaan, berarti kita belum berpuasa dan masih wajib puasa.
Akhirnya, Jika puasamu itu hanya “ra mangan, ra ngombe, ra kenthu”, itu lumrah, dan itu masih kelas kanak-kanak, ra usah di pamerke, tidak usah menuding orang lain yang menurutmu tidak puasa. Wong sejatinya kamu itu belum puasa sama sekali. Sebelum kita “kenthu” kan terlebih dahulu muncul hasrat atau keinginan yang menyala-nyala “sing marai nuk ceng”. Dan keinginan yang menyala-nyala itulah yang harus kita kendalikan dengan puasa.
Mulane ojo rumongso poso! Ananging poso o…..!! Setuju po ra Be? semoga dirimu masuk syurga Be..,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Unknown
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar