Honocoroko..Dotosowolo…Podho pekok o…Monggo modaro..

oleh Kanjeng Machrus pada 17 September 2012 pukul 15:57 


Ibaratnya Indonesia kini seluruhnya sudah ditumbuhi alang-alang, memang benar kalau  Negara ini “ijo royo-royo”, tapi ya itu tadi, ijonya terdiri dari suket, rawe, krokot, semak belukar, dan termasuk benalu benalu lainya yang sifatnya parasit.

Kitapun sangat supportif kepada kehendak dunia untuk mengkerdilkan bangsa kita. Kita membantu sepenuh hati upaya-upaya untuk mengerkerdilkan diri kita sendiri. Sehari-hari, dalam pergaulan maupun dalam urusan konstelatif stuktural, kita sangat rajin menghancurkan siapapun saja yang menunjukkan perilaku menuju kemungkinan mencapai kebesaran dan kemajuan bangsa Indonesia.

Setiap orang unggul tak kita akui keunggulannya. Setiap orang hebat kita cari buruknya. Setiap orang berbakat kita kipasi agar bekerja di luar negeri. Setiap orang baik takkan pernah kita percaya. Setiap orang tulus kita siksa dengan kecurigaan. Setiap orang ikhlas kita bantai dengan fitnah. Setiap akan muncul pemimpin sejati harus sesegera mungkin kita bikin ranjau untuk menjebak dan menghancurkannya.

Kita benar-benar sudah hampir lulus menjadi bangsa yang besar. Dan puncak kebesaran kita adalah keikhlasan kita untuk menjadi goblok dan kerdil. Sekedar contoh puncak kegoblokan kita adalah : Hanya untuk bikin satu lembar surat, entah KTP, SIM atau STNK, Negara kita butuh waktu berbulan bulan dan berbelit belit. Sementara betapa mudahnya Jepang menciptakan ribuan produk mutakhir dalam waktu singkat.

Jika kita mendengar lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”, maka yang terbayang adalah deretan para koruptor. Banyak kaum muda yang dulu gigih berteriak lantang soal korupsi, namun ketika masuk ke lingkaran kekuasaan, hati nurani mereka dijual murah dan tanpa malu-malu lagi mereka sering muncul di televisi seolah sebagai “bodyguard” kekuasaan yang sangat loyal. Akhirnya pun terseret juga, contoh: Andi Malarangeng dan Anas Urbaningrum

Dalam teori demokrasi, rakyat selalu tertinggi, Presiden dan Kabinet hanya orang yang kita upah dan harus taat kepada kita. Jadi sesungguhnya bangsa Indonesia tetap di atas. Sebagaimana seorang Imam shalat diangkat oleh makmumnya, Imam pada hakekatnya harus taat kepada makmum. Yang memilih ditaati oleh yang dipilih. Apalagi yang dipilih itu digaji. Makmum yang memilih Imam, tidak ada Imam memilih makmum

Kita butuh pemimpin yang setiap saat siap “dipecat” jika tidak melindungi rakyatnya. Karena rakyat saat ini merasa tidak terlindungi dengan merajalelanya korupsi, maka pemerintah harus bertindak “revolusioner”. Dan tentu saja mustahil. Maka dari itu kuucapkan “modaro Indonesia” !!!

Setiap kali mendengar kiprah presiden dan pidatonya, perut saya mual..
Setiap mendengar DPR ngantor, yang terbayang adalah deretan para maling yang sedang menyiapkan target dan operasinya, dan itu bikin saya mencret..
Setiap melihat kinerja pejabat dan pidatonya, mulut ini selalu ingin meludah ke mukanya..
Setiap kali melihat polisi beraksi, rasanya jadi kebelet ngising..
Setiap kali melihat pengacara beraksi, rasanya ingin mengencingi mulutnya..
Setiap kali ku nyalakan tv, 5 menit kemudian ingin kukepruk tv itu saking menjijikkan acaranya

Setiap kali melihat ustadz-ustadz bayaran di tv itu, rasanya juga pingin nggabrus tai.. ustadz itu bungkam ketika ada orang yang menjilat penguasa. Tetapi ustadz itu teriak teriak ketika ada orang yang menjilat bawuk lonthe. Apa sih bedanya hal itu pak ustadz? Apa bedanya antara menjilat penguasa dengan menjilat bawuk lonthe? Apakah bobotnya beda? Lebih jelek mana? Lebih mudharat mana? Lebih busuk mana?

Otonomi daerah adalah bukan pemerataan pembangunan, melainkan pemerataan maling !! Mending ngombe ciu dari kocek sendiri, daripada ngombe aqua tapi ngambilnya dari uang rakyat.

Dadi kelingan Kobar n njepun… rodok slamet kowe Pun Njepun..Njepun…dan kamu Bar Kobar!!!!
Modaro Indonesia..!!

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.